A. Teori
Perkembangan Arnold Gesell
Menurut
Gesel, perkembangan merupakan suatu proses kematangan atau fisiologi. Selagi
kematangan fisiologi tidak dicapai, apa saja yang dilakukan seperti berjalan
tidak akan bisa tercapai. Menurut teori kematangan yang dibuat oleh
Arnorld Gesell, beliau telah membagi kepada 5 tahap dalam proses perkembangan
kanak-kanak. Tahap pertama lahir sehingga 1 tahun iaitu 1 bulan menghasilkan
tangisan berbeda-beda untuk menyatakan kehendak berlainan seperti lapar dan
popoknya basah, 4 bulan koordinasi fisik berlaku seperti mata mengikut objek
yang bergerak, 6 bulan tangan bayi mulai menggenggam objek, 7 bulan bayi mulai
duduk dan merangkak dan 12 bulan bayi mampu berdiri dengan berpegang pada
alatTahap kedua, 1 - 2 tahun yaitu kemantangan fisik dan mental mulai meningkat,
mulai memahami makna ‘jangan’ dan pada umur 2 tahun mampu untuk berjalan tetapi
dengan bantuan. Tahap ketiga, 2-3 tahun yaitu koordinasi mata, tangan dan kaki
mulai terbentuk, bisa bercakap menggunakan kata-kata mudah dan bisa mengurus
diri seperti makan dan memakai kasut. Tahap ini kanak-kanak sudah pandai untuk
berimaginasi yaitu membentuk sesuatu dengan menggunakan permainan yang berada
di sampingnya atau di sekitar kanak-kanak tersebut. Tahap keempat, 3-4 tahun
yaitu koordinasi dan kematangan fisik semakin kukuh dan bisa mengikuti perintah
ibu dan bapak. Tahap kelima, 4-5 tahun yaitu proses berinteraksi terbentuk,
mula bersosialisasi, mengemukakan soalan berperingkat-peringkat dan bersedia
untuk ke kelas prasekolah Pengawasan dari bapak ibu sangat penting supaya
tidak terjadi kecelakaan terhadap kanak-kanak. Antara psikomotor yang terlibat
ialah motor kasar dan motor anak-anak dipengaruhi oleh halus.
B. Teori Tugas Perkembangan Robert Havighurst
Robert Havighurst menyatakan bahwa perkembangan
seseorang faktor lingkungan. Ini merupakan satu elemen penting yang berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak. Beliau memfokuskan kepada
keadaaan sekeliling atau lingkungan di mana tempat seseorang anak-anak itu
membesar yang akan memberi dan meninggalkan sama ada positif atau negatif
bergantung kepada ibu bapak yang memberikan ciri mereka Havighurst menyatakan bahwa tugas-tugas
dalam perkembangan anak-anak hanya perlu dipelajari sekali saja seperti
berjalan, berlari, perbedaan nama benda dan sebagainya. Jadi ini dapat
disimpulkan bahwa setiap perkembangan yang dialami oleh anak-anak perlulah
dengan suka rela anak-anak itu sendiri, bukan dengan paksaan yang diberikan
oleh ibu bapak kerana dengan paksaan akan membuatkan kanak-kanak itu tidak
berupaya untuk mandiri sendiri dan akan memberi kesan yang dalam terhadap
perkembangan mereka. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada mata fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya
itu sendiri. Penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut
terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya
terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan
bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai
tingkat kematangan. Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan pada bagian
ini akan penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang
memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses
perkambangan tersebut meliputi:1. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan
yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik
anak (motor skills).2. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses
perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.3. Perkembangan sosial dan moral (social
and moral development), yakni proses perkambangan mental yang berhubungan
dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau
orang lain, baik sebagai individu maupun sebagi kelompok
. C. Teori Kognitif Jean Peaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan
bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget
yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai
gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka
terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk
membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian
pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan
diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika
individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah
ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri
dengan informasi baru. Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku
untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu
adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan
mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang
sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia
mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian
mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah
konsep disebut akomodasi. Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan
melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan
usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut
:1 Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2
tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental
ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan
dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui
gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik
.2. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun,
merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan
intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara
perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat
sesuatu hanya dari sisi dirinya.
3. Tahap operasional konkrit (concrete
operational stage),
yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget.
Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik
atau konkrit.
4. Tahap operasional formal (formal operational
stage), yang terlihat
pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget.
Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit
dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Perlu diingat, bahwa pada setiap
tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum
selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada
tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang
bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih
lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.
D. Teori Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud
Teori
perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu
teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling
kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian
tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi
fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido,
digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.[1][10]
Menurut Sigmund
Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan
kepribadian dan terus
mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap
psikoseksual selesai
dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu
tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah
fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan,
individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang
terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat
mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.
1. Fase Oral Pada tahap oral, sumber utama bayi
interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah
sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan
dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap.
Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk
memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan
melalui stimulasi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan,
anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi
pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan
ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan
minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal,
Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung
kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet
– anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan
kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund
Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua
pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan
untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan
membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman
positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang
dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak
semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan
selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu
seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai
dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang
terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat
berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu
dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu
tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic,
fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan
antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat
ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks
Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk
menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah
untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
4. Fase Latent
Periode laten
adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke
daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini
sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan
kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang
relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia
tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini
tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi
sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan
psikoseksual, individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam
tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan
orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan
sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap
ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.[2][11]
E. Teori Perkembangan
Psikososial
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya
bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan
ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi
sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman
dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat
membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson
disebut sebagai teori perkembangan psikososial.[3][12]
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang
bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui
oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas.
Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat
sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan kemampuan
dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu
akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu
akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami
konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson
berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi
atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi
pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.
1. Tahap 1. Trust
vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
- Terjadi pada usia
0 s/d 18 bulan.
- Tingkat pertama
teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia
satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
- Jika anak berhasil
membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh
yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat
mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam
mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa
dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
2. Tahap 2. Otonomi (Autonomy)
VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
- Terjadi pada usia
18 bulan s/d 3 tahun.
- Tingkat ke dua
dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal
kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
- Seperti Freud,
Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting
sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud.
Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan
membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
- Kejadian-kejadian
penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan
makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
- Anak yang berhasil
melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak
berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3. Tahap 3. Inisiatif
(Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
- Terjadi pada usia
3 s/d 5 tahun.
- Selama masa usia
prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui
permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang
karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif
dan bertujuan.
- Mereka yang gagal
mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan
kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak
diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
- Erikson yakin
bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa
berhasil.[4][13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar